Sang guru mengalami sakit parah. Para pengikutnya merasa amat sedih
kalau-kalau mereka kehilangan sang guru yang mereka kagumi. Suatu hari
sang guru memanggil mereka semua dan memberikan kata-katanya yang
terakhir di saat menjelang kematiannya. Ia mengatakan bahwa bagi
kebanyakan orang, kematian merupakan tragedi yang menyakitkan, namun
sebaliknya kematian justru seharusnya merupakan hari sukacita untuk
dirayakan.
Para muridnya dengan rasa heran bertanya; "Ketika orang yang kita
cintai meninggal dunia dan kita tak akan pernah lagi mampu melihatnya,
mengapa justru harus dirayakan?"
"Ketika seseorang telah menyelesaikan jalan yang harus dilampauinya,
telah menyelesaikan segala yang harus dipelajarinya selama hidup ini,
bukankah ia harus diwisuda? Dan bukankah saat wisuda merupakan saat yang
membahagiakan?" Demikian kata sang guru.
Setelah berdiam sejenak ia melanjutkan; "Ketika seorang anak
dilahirkan semua orang bergembira ria. Dan ketika seseorang meninggal
semua diliputi ratap dan tangis. Pada hal seharusnya sebaliknya.
Janganlah berpesta ria bila sebuah kapal akan meninggalkan pelabuhan,
karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi sepanjang perjalanan kapal
tersebut di tengah laut lepas. Tetapi berpestalah bila kapal itu telah
kembali ke pelabuhan, karena ia telah melewati semua aral dan rintangan
di laut lepas."
No comments:
Post a Comment