Tukul Arwana adalah pelawak atau mungkin lebih sukses sebagai
presenter yang saat ini termasuk dalam jajaran pesohor dengan bayaran
tertinggi negeri ini. Keberhasilan luar biasa yang diperoleh Tukul
sekarang sama sekali tidaklah diperoleh tanpa perjuangan. Walaupun
terlihat banyak bercanda, namun kadang Tukul menyimpan kesedihan yang
amat dalam terhadap sejumlah persoalan hidup yang dialaminya.
Tahun 1985, Tukul dan Joko mengikuti Lomba Lawak Mini Kata Nasional
di Balai Sidang. Saat itu jurinya almarhum Arwah Setiawan dari Lembaga
Humor Indonesia, Dono dari Warkop dan Asmuni dari Srimulat. Saat itu,
grup lawaknya terpilih menjadi pemenang.
Saat Tukul berpikir, dengan
memenangi lomba lawak tingkat nasional maka dirinya akan kebanjiran
order. Namun, kenyataan tidaklah begitu mudah. Bahkan semua koran yang
dibelinya tidak ada satu pun yang memuat tentang kemenangannya.
Perasaannya sangat sedih waktu itu.
Di saat belum sukses, Tukul sempat merasa nelangsa di saat pulang
kampung. Tidak seperti yang dibayangkan orang, pulang kampung dengan
membawa mobil dan penampilan oke. Namun kenyataannya, Tukul pulang
kampung dengan badan kurus dengan langkah yang seperti melayang.
Perasaan getir bercampur sedih tentu saja sering menghinggapi dirinya.
Apalagi jika ketemu tetangga atau kawan yang menanyakan kondisinya di
Jakarta. Sukseskah Tukul? Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
Mungkin jauh lebih sulit dari soal-soal CPNS.
Catatan kehidupan Tukul juga tercecer di sebuah pinggiran lapangan
Blok S, tepatnya di depan tempat hiburan malam bernama Oru. Di tempat
inilah Tukul sering nongkrong menghabiskan waktu malamnya bersama
teman-temannya. Di warung itu pula Tukul sering ngutang untuk makan.
Memang waktu itu kehidupan Tukul sedang susah banget. Banyak orang yang
merendahkan dan juga tidak sedikit yang mencomoohnya. Banyak juga orang
yang enggan ketemu Tukul sebab mereka takut akan dihutangi olehnya.
Perasaan sedih lainnya pernah juga dialaminya. Tahun. 1994, di saat
banyak pelawak muncul dari Radio SK, Tukul pun ingin mendapat
peruntungan yang sama dengan memulai karir di Radio SK. Namun, niatnya
ternyata terbentur persyaratan harus punya ijazah minimal D3 (diploma
tiga). Tukul juga ditolak melawak di Radio Sk dengan alasan materi
lawakannya dianggap bergaya tradisional, berbeda dengan gaya lawakan
Radio SK. Dan Tukul pun harus rela menelan kekecewaan kembali.
Masa-masa sedih juga pernah dialaminya. Sampai beberapa waktu saat
hendak menikah, Tukul kebingungan tak mampu menggelar pesta hajat.
Dengan terpaksa ia menggadaikan motor, tentu sesuai persetujuan gadis
pujaan hatinya ini.
Setahun setelah Tukul menikah, penghasilan Tukul tak juga membaik.
Kehidupan Tukul tetap sukses. Pernah karena tidak mendapat penghasilan,
Tukul terpaksa menjual barang berharga, termasuk cincing kawin. Perasaan
Tukul sebenarnya sangat terpukul, tetapi ia bersyukur dapat
menghadapinya dengan realistis.
Pernah suatu kali ia benar-benar merasa sedih. Di saat istrinya
sedang hamil dan waktu itu menjelang Lebaran. Tukul sangat terpukul
karena mendapat surat tertulis dari manajemen Srimulat yang
ditandatangani Kadir. Surat itu memberikan kabar bahwa Tukul
diberhentikan sebagai bintang tamu dalam grup Srimulat. Tanpa
disadarinya, badan Tukul sempat gemetaran menerima kabar ini.
Di saat menjadi model video klip Joshua, Tukul sebenarnya mulai
banyak dikenal. Namun, perekonomian keluarga Tukul ternyata belum banyak
berubah. Saat itu Tukul mendapat bayaran Rp.150.000,00. Jangan dianggap
menjadi model video klip bersama anak kecil itu mudah. Ternyata susah
banget. Apalagi Joshua bila melihat Tukul sering nangis karena
ketakutan. Belum lagi kesulitan lain, Tukul mesti jongkok-jongkok untuk
menyesuaikan diri dengan postur Joshua yang memang masih kecil.
Awal dikenal Tukul Menjadi Model Video Klip Joshua 'Diobok-obok'
Tukul kini boleh jadi telah menjadi semacam ikon atau simbol orang
desa yang mampu ‘menaklukkan’ kota. Pengakuannya sebagai orang kelahiran
desa, dengan tingkah laku ! yang kampungan, slapstik, seakan menjadi
simbolisasi kesuksesan yang benar-benar dimulai dari bawah. Maka, tak
heran, ia dianggap mampu menjadi representasi kebanyakan orang yang
ingin sukses. Inilah yang membuat banyak orang mau antri untuk datang ke
acaranya, selain tentu untuk menikmati banyolan-banyolannya.
Namun, mendapat kelimpahan rejeki demikian banyak, Tukul tak
melupakan asalnya. Karena itu, demi membantu rekan-rekan sesama pelawak
yang belum sukses, ia membelikan beberapa motor untuk dijadikan sarana
ojek bagi rekannya. Selain itu, ia menyediakan satu rumah khusus untuk
dijadikan tumpangan rekannya selama di Jakarta. Rumah yang dinamai Posko
Ojo Lali itu juga dijadikan ajang tukar pikiran dan meramu ide kreatif
lawakan. Selain itu, saat ini ia juga ingin merealisasikan sebuah
program acara untuk mengakomodasi teman-teman pelawak yang belum
berhasil. “Banyak pelawak yang potensial, namun belum terangkat. Saya
yang sedang di puncak ingin mereka juga bisa berhasil,” harap Tukul.
Perjuangan Tukul dari nol adalah sebuah gambaran ketekunan dan
keuletan yang perlu kita contoh. Keyakinannya yang kuat untuk menjadi
pelawak terkenal, ditambah kemauannya belajar banyak hal, telah
menjadikannya sebagai ikon orang desa yang bisa menaklukkan kota.
Perhatiannya kepada sesama rekan pelawak yang belum sukses juga patut
diteladani.
Dengan begitu, apapun bentuk kesuksesan yang kita raih, bisa lebih bermakna bagi sesama.
No comments:
Post a Comment